Cerpen | Lelaki Ganyang

Contoh Cerpen | Cerita Pendek | Cerpen Singkat | Lelaki Ganyang

By : Press-AO 6

Namanya Sam, kami menyebutnya Lelaki Ganyang. Keakrabannya dengan negeri perantauan bernama Jiran seolah mengukuhkan bahwa ia layak menerima predikat bergengsi itu.  Bertahun-tahun lalu Sam harus menerima kenyataan bahwa pendidikan bukanlah hal yang pantas untuknya.Itulah yang kemudian membawanya memasuki pintu perantauan.Memang  ia pernah  mengenyam manisnya bersekolah, tapi Cuma

Contoh Cerpen | Cerita Pendek | Singkat | Lelaki Ganyang
2 tahun. Tak lebih! Atau mungkin kurang. Dalam kurun dua tahun itu sam membuktikan diri dengan menjadi juara kelas! Tiap ujian, tiap THB, tiap ulangan apa saja, ia selalu menggondol nilai sempurna! Sam optimis, ialah semestinya manusia paling layak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ketimbang kawan-kawan sebayanya.

“Tampaknya saja Mereka itu pintar mak, akulah yang lebih pantas melanjutkan sekolah”. Rengeknya waktu itu, dan emaknya hanya bisa pasrah! Apa lagi yang bisa dilakukan perempuan buruh tani yang suaminya terbaring tak berdaya menahan sakit yang tak kunjung sembuh? sedang anaknya tak Cuma si Sam. Masih ada dua lagi, satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka semua butuh hidup, dan alasan yang lebih mendasar lagi; mereka butuh makan! Dan lalu pada giliranya nanti kedua adik sam itu juga butuh sekolah!

Maka sejak saat itu Sam menyatakan mundur dari bangku sekolahnya, guru-guru tak tega, semua menitikan air mata iba, tapi apa boleh dikata, keadaan yang memaksa. Orang kini mungkin menjerit dan berkata, “mana beasiswa?Mengapa tak ada  beasiswa? Ah, pakai beasiswa lah…”. Aih.., jaman dulu kami tak mengenal apa itu beasiswa, definisinyapun kami tak mengerti.  Dan hari itu nasib telah diputuskan! Esoknya, tak ada lagi  nama Sam dalam daftar absensi. Kawan-kawannya sedih, tapi kebanyakan gembira karena saingan terberat telah tiada…
******* 


Beberapa tahun bekerja serabutan tak membawa perubahan berarti bagi keluarganya, sam memutuskan ikut pak de-nya merantau ke luar negri.
Tak pernah terbayangkan dalam benaknya bagaimana wujud luar negeri. Sedang, kota kabupaten saja ia belum pernah singgahi, Sedang, Bekal pendidikanya cuma sampai kelas dua madrasah itupun tidak sampai selesai, Sam hanya tau keluarganya butuh penghidupan, kedua adiknya telah mulai besar. 

Ia tak mau mereka ikut menanggung beban keluarga. Tekadnya sudah bulat; Mereka harus sekolah!...
Aku masih ingat betul ketika dulu kami sering bermain bersama. Ada sesuatu yang tak pernah lupa ia bawa; marning dicampuri kacang goreng, dan selalu setia bersemayam di saku kananya. “sam, njaluk marninge”.

Contoh cerpen |cerpen singkat | cerita pendek lelaki ganyang
Dan, bocah pendek kurus itu tak pernah sekalipun menolak.
Sepulang sekolah biasanya aku yang menjemput sam, mengajaknya bermain apa saja yang sedang ngetrend: kelereng, main Karet, layangan, cari keres, wayangan atau apa saja. Biasanya kami akan mengendap-endap, menghindari kalau-kalau emak nya tau, karena beliau pasti marah. Bu kus, emak nya Sam memang terkenal kurang suka jika anak-anaknya dolanan keluar rumah. Pernah suatu hari aksi ala maling kami ketahuan, emak nya sam bangun gara-gara suara gaduh di dapur!.... Ternyata, aksi maling-malingan kami bersamaan dengan tindakan kriminal kucing yang coba mencuri ikan!   kamipun terlena atau melenakan diri mendengarkan siraman rohani di siang bolong. “dasar kucing kriminil!!” umpatku dalam hati.

Tapi sebagai orang yang lama mengenal keluarga mereka aku tau, bu kus adalah orang tua yang sangat menyayangi anak-anak
**********cerita pendek|singkat lelaki ganyang

 
Aku ikut mengantarnya, walau tak jauh. Kubawakan ranselnya, 
ada yang kurang, aku tak melihat emaknya…. 
Hingga beberapa hari setelah itu baru aku tau, bu kus tak kuasa melihat putra sulung kesayangannya  itu melangkah menjauhinya. Perempuan itu! Perempuan tegar itu! Bahkan yang ketegaranya menyaingi gunung yang menancap kokoh di belakang rumahnya itu, kini rapuh, amat rapuh, wajahnya kuyu bersimbah air mata…

Pagi itu, Bersama jagung goreng faforitnya, Sam memulai petualangan baru, menjelajah luar negeri, mencicipi pahit-manis tanah perantauan, merelakan diri menjauh ribuan mil dari tanah kelahiran hanya untuk sebuah keinginan sederhana: menghidupi keluarganya.

******